Kisah Nyata: Selamat Dari Tumbal Pesugihan Bos Konveksi
Pagi Gan,
Setahun kemudian pasca meninggalnya pegawai bank, Hendra sering mampir ke rumah Yudi.
Ada saja alasan Hendra datang kesini, mulai dari sekedar kangen ngobrol, pesan jahitan bahkan pengen ngasih hadiah ke Yudi. Namun Yudi tetap saja menolak pemberian Hendra.
Akhirnya kisah pahit pun dimulai dari sini.
Pada suatu malam selepas magrib ada sebuah sedan putih mewah yang parkir didepan rumah Yudi. Waktu itu ayahku sempat melihat mobil tersebut dan mengira kalau mobil itu milik temannya Yudi.
Anehnya, sang pemilik mobil hanya parkir didepan rumah Yudi dan hanya duduk selama beberapa menit didalam mobil lalu pergi begitu saja.
Pukul 11 malam, isteri Yudi, sebut saja Siti berniat untuk menutup tokonya. Karena kalau sudah malam biasanya tidak ada orang yang datang untuk pesan jahitan.
Nah, saat Siti sedang menutup tokonya, Ia melihat dari kegelapan ada seorang kakek yang mengenakan baju serba hijau. Dalam benak Siti, mungkin saja kakek tersebut hanya orang yang sedang numpang istirahat didepan toko.
Siti tak curiga apa-apa.
Pagi ini saya mau berbagi pengalaman pahit yang pernah dialami sepupu ku di tahun 2017.
Pada tulisan ini, nama dan tempat sengaja saya samarkan untuk menjaga privasi pihak-pihak yang terlibat didalamnya.
Oke, langsung saja berikut ini kisahnya.
Kisah ini bermula dari pertemuan antara Yudi (40 tahun) dengan pengusaha konveksi.
Yudi adalah seorang lelaki paruh baya. Sehari-hari Ia bekerja sebagai penjahit pakaian pria dan wanita. Yudi memiliki istri dan tiga orang anak yakni Seli (17 tahun), Dina dan Dini (12 tahun).
Sebagai seorang penjahit yang berpengalaman, Yudi sering dipanggil ke kantor-kantor pemerintahan dan sekolah-sekolah di kota untuk membuat pesanan seragam pegawai. Dari pesanan tersebut, yudi dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Meskipun terkadang Ia juga harus hutang kesana kemari karena jika sedang sepi orderan.
Suatu hari Yudi dipanggil ke kantor pemerintahan untuk mengukur seragam pegawai. Di kantor tersebut Ia bertemu dengan seorang wanita bernama Ibu Yunita yang sekaligus merupakan kepala kantor tersebut.
Dari pertemuan tersebut, Yunita merasa tertarik dengan kemampuan Yudi dalam membuat pakaian. Yuni merasa yakin suatu saat usaha jahitan Yudi dapat berkembang pesat jika mendapat tambahan modal.
Kebetulan, suami Yunita adalah seorang pengusaha besar. Suaminya memiliki banyak usaha mulai dari percetakan, konveksi, kontraktor dan masih banyak lagi yang lainnya.
Singkat cerita, akhirnya Yudi dipertemukan dengan suami Yunita yang bernama Hendra. Yunita banyak bercerita tentang kemampuan Yudi dalam membuat pakaian dengan sangat rapi dan memuaskan. Dari cerita tersebut, Hendra kemudian tertarik untuk bekerjasama dengan Yudi.
Hendra bersedia memberikan bantuan modal untuk mengembangkan usaha Yudi. Namun, Yudi tidak langsung menerima bantuan tersebut. Ia masih ragu dengan kekayaan Hendra.
Pasalnya, di kota kecil ini ada saja orang se-kaya Hendra. Ia memiliki rumah yang sangat megah bak istana, puluhan koleksi mobil mewah yang harganya milyaran rupiah. Rasanya kekayaan tersebut tak wajar bagi Yudi.
Yudi kemudian memutuskan pulang ke rumah untuk membicarakan soal bantuan modal tersebut kepada isterinya.
Selang beberapa minggu semenjak pertemuan tersebut, Yudi dan Hendra kemudian akrab layaknya dua orang sahabat. Hendra sering datang ke rumah Yudi sambil membawa beraneka macam oleh-oleh, mulai dari jajanan, pakaian untuk anak-anak Yudi, bahkan memberikan uang.
Menurut Isteri Yudi, semua pemberian tersebut tidak wajar. Isterinya curiga kalau ada "sesuatu" dibalik kebaikan Hendra. Awalnya Yudi selalu menolak pemberian Hendra. Namun Hendra selalu memaksa Yudi untuk menerimanya sebagai tanda persahabatan.
Diluar dugaan, selepas Hendra ijin untuk pamitan, ternyata isteri Yudi selalu membuang semua barang-barang yang diberikan Hendra lalu membakarnya di tempat sampah. Hal ini dilakukan untuk mencegah hal-hal buruk yabg tidak diinginkan.
Lambat laut setelah menjalin persahabatan dengan Hendra, akhirnya Yudi tahu bahwa Hendra adalah seorang pemuja setan. Ia memiliki pesugihan siluman kalong.
Awalnya Yudi tak takin dengan kabar miring yang beredar di masyarakat. Namun Yudi semakin yakin setelah tahu bahwa orang-orang dekat Hendra banyak yang mati mendadak. Mulai dari mertuanya, ayah dan ibunya, tetangga dan pegawai Hendra.
Tumbal terbaru Hendra adalah seorang pegawai bank yang sekaligus teman dekat dekatnya. Waktu itu pegawai tersebut meminjam uang sejumlah 1 milyar kepada Hendra. Namun selang beberapa hari ia ditemukan meninggal akibat kecelakaan tunggal di gang perumahan.
Sangat aneh karena tidak ditemukan luka yang parah.
Setahun kemudian pasca meninggalnya pegawai bank, Hendra sering mampir ke rumah Yudi.
Ada saja alasan Hendra datang kesini, mulai dari sekedar kangen ngobrol, pesan jahitan bahkan pengen ngasih hadiah ke Yudi. Namun Yudi tetap saja menolak pemberian Hendra.
Akhirnya kisah pahit pun dimulai dari sini.
Pada suatu malam selepas magrib ada sebuah sedan putih mewah yang parkir didepan rumah Yudi. Waktu itu ayahku sempat melihat mobil tersebut dan mengira kalau mobil itu milik temannya Yudi.
Anehnya, sang pemilik mobil hanya parkir didepan rumah Yudi dan hanya duduk selama beberapa menit didalam mobil lalu pergi begitu saja.
Pukul 11 malam, isteri Yudi, sebut saja Siti berniat untuk menutup tokonya. Karena kalau sudah malam biasanya tidak ada orang yang datang untuk pesan jahitan.
Nah, saat Siti sedang menutup tokonya, Ia melihat dari kegelapan ada seorang kakek yang mengenakan baju serba hijau. Dalam benak Siti, mungkin saja kakek tersebut hanya orang yang sedang numpang istirahat didepan toko.
Siti tak curiga apa-apa.
Bersambung..
Sumber http://geograpik.blogspot.com/